Ini akan menjadi lebaran pertama bersama istriku tercinta yang sedang hamil. Menjelang bulan puasa berakhir, seperti biasanya setiap pegawai negeri, buruh dan juga karyawan mendapatkan uang Tunjangan Hari Raya…
Hari itu semua buruh di tempat saya bekerja berwajah ceria meski mereka sedang berpuasa. Pasalnya, hari itu uang THR yang didamba-damba seluruh pekerja dijanjikan cair oleh pihak manajemen.
Saya pun termasuk orang yang berbunga-bunga, karena membayangkan setelah uang THR cair akan mengajak istri ke mall untuk belanja baju baru dan juga beberapa keperluan untuk bayi kami. Kebetulan saat itu usia kandungan istri sudah 8 bulan, kurang lebih 38 hari lagi menurut diprediksi dokter anak pertama saya akan lahir.
Satu jam sebelum jam kerja berakhir, Pukul 15.00 satu persatu pegawai sudah dipanggil oleh bagian keuangan untuk tanda tangan THR. Waaahhh saya semakin gak karuan, gak sabar kepengen cepet ke ATM trus pulang ke rumah menemui istriku.
Begitu tiba giliran namaku dipanggil, saya segera menuju ruangan dan membubuhkan tanda tangan pada selembar kertas di kolom sebelah kanan nama saya.
Jam 16.00 teng!! Langsung bersiap pulang untuk melanjutkan ke ATM sebelum menuju rumah. Memang jumlahnya tidak seberapa, tapi menjelang kelahiran dan berbagai kebutuhan lebaran uang senilai 3,5juta adalah nominal yang cukup berarti bagi kami.
Karena sudah tidak tahan ingin memberi kabar bahagia, saya telefon istri saya..
“Assalam.. sayang…”
“Wa’alaikumsalam.. ya sayang?” terdengan suara indah istriku dari ujung telefon.
“Alhamdulillah THR dari kantor sudah cair nih”
“Waahh alhamdulillah, asyiikk bisa belanja perlengkapan dede bayi” kata istriku dengan nada suara begitu ceria
“Iya, sekalian dong sama baju baru buat mamahnya juga”
“Iyaa doooong.. hehee yaudah papah cepet pulang yaah, biar bisa buka di rumah. Ini mamah udah masak sayur sop kesukaan papah..”
“oke oke, tunggu papah ya di rumah” kataku dan dilanjutkan mengucapkan salam penutup, sambil memutus sambungan telefon.
Lalu saya menuju parkiran motor..
Ketika sedang memakai helm, Hp saya berdering
Terlihat di layar “Arif” pengusaha daur ulang sampah, sekaligus sahabat saya semenjak kecil di Lembang
Saya angkat telefon, dan terdengar suara arif yang begitu berat. Setelah bertanya kabar, lalu dia melanjutkan berbicara dan menceritakan bahwa Ayahnya saat ini sedang dirawat di RS. Membutuhkan uang tambahan untuk membeli obat…
“Emang berapa butuhnya?” Tanya saya…
“Lumayan sih sob, 3juta. Saya ada 1,5 juta nya. Hasil dari pinjam ke tetangga dan beberapa saudara. Kebetulan omset usaha sedang kurang baik. Kali aja kamu lagi pegang uang 1,5juta.. Saya boleh pinjam?”
Saya terdiam sejenak… Lalu arif melanjutkan bicaranya
“InsyaAllah bulan syawal saya ganti, saya ada tagihan yang baru bisa cair di bulan depan sob..” imbuhnya…
Saya berfikir, kalau 1,5 juta dipinjamkan ke Arif.. saya masih ada sisa 2juta. Saya kira cukup untuk kebutuhan lebaran. Toh nanti uang itu akan dikembalikan bulan depan, jadi untuk belanja baju bayi bisa sebagian di bulan depan.
Lalu saya sampaikan kepada arif
“Okey, insyaAllah ada… kirimin aja nomor rekening nya yaa”
Setelah itu sayapun langsung gas motor menuju ke ATM terdekat.
Sesampainya di ATM, ada 3 orang yang sedang mengantri…saya antrian ke 4.
Sambil menunggu giliran saya lihat Hp, ternyata ada pesan singkat.. dari ibu saya.
Tertulis “Assalam.. nak bisa telefon ke ibu?”
Saya pun segera telefon, menyapa ibu saya yang berada di Lembang.
Di telefon, ibu menyampaikan bahwa keponakan saya yang bernama Rina harus membayar uang sekolah senilai Rp 750.000. Rina adalah anak kakak saya, bapaknya sudah meninggal dan ibunya sudah menikah lagi dengan pria lain. Semua kebutuhan Rina ditanggung oleh keluarga kakak saya. Termasuk ibu, ikut membiayai sekolah Rina.
Ibu saya di kampung menjual nasi uduk setiap pagi, dan kebetulan untuk saat ini sedang tidak ada uang. Karena selama bulan puasa tidak berjualan nasi kuning. Uang simpanan yang ada hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari..
Ya Allah, sedih saya mendengarnya. Lalu ku sampaikan kepada Ibu bahwa saya akan transfer 1juta. 750rb untuk biaya Rina dan sisanya untuk Ibu, tambah-tambah uang lebaran.
Saat tiba giliran saya masuk ATM, segera saja transfer 1juta. Dan tertulis di layar ATM saat cek saldo uang THR di rekening saat itu tersisa 1juta saja. Saya tarik semuanya….
Sesampainya di rumah,
Disambut wajah caria istri saya, keceriaan yang sama persis seperti yang saya bayangkan waktu meneleponnya memberi kabar cairnya THR saat di kantor.
Sementara saya terduduk lemas, merebahkan badan. Sambil berfikir bagaimana cara menjelaskan semuanya kepada istri saya…
Rupanya istri saya melihat ketika saya termenung sesaat,
“Pah, kenapa? kok kaya yang ga bersemangat gitu…”
Saya semakin bingung harus menjelaskan darimana.. Wajahnya yg lugu, ditambah dengan tatapan matanya yang seolah menagih jawaban dari saya, membuat bibir ini seperti kehilangan kata-kata…
Lalu perlahan saya hembuskan nafas, dan mulai paksakan bercerita sesuai kronologis tadi…
Setelah mendengar penjelasan itu, wajah istri saya yang tadinya penasaran kembali tersenyum..sambil berkata…
“Ohhh kirain ada apa..”
Saya yang justru kaget dengan ekspresinya, tidak nampak kekecewaan merenggut paras manisnya. Seolah semuanya baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa…
“Lho.. mamah gak marah?” tanya saya kepadanya…
“Ya enggak lah pah, ngapain sedih? kan dulu papah pernah bilang… kalau semua yang sudah jadi miliki kita belum tentu itu adalah rejeki kita. Itu berarti ya rejeki kita dari THR tahun ini adalah 2,5juta itu kan pah… Justru yang 1 juta ini belum tentu jadi milik kita.” tukasnya
Saya memang sering mengingatkan istri agar membiasakan selalu menyisihkan uang setiap gajian, untuk disedekahkan. Karena hakikatnya, uang yang kita sedekahkan itulah yang menjadi uang milik kita di akhirat kelak. InsyaAllah, asalkan ikhlas…
Mendengar jawaban istri tadi, saya memeluk erat tubuhnya dengan perut yang semakin membesar.. Ada rasa haru, ditengah kebutuhan menjelang lebaran dan kelahiran rupanya masih ada keluasan hati dalam dirinya.. Saya sangat bersyukur kepada Allah diberikan seorang istri yang baik dan patuh kepada suami…
1 bulan berlalu…
Setelah mudik lebaran, saya biarkan istri saya tetap di Lembang. Karena hari kelahiran semakin dekat… Sementara saya kembali ke Tangerang.
Singkat cerita, saya mendapatkan chat Whatsapp dari Rina, keponakan saya.
Dia mengirimkan saya foto bayi kecil yang masih merah nampak dari ekspresinya sedang mearung menangis kencang..
Tertulis di dalam chat, “Alhamdulillah telah lahir sepupu Rina.. lahir dengan lancar dan selamat berjenis kelamin laki-laki. Selamat yah om..”
“Alhamdulillaah…” Anak saya sudah lahir.
Saya langsung telfon istri saya
“Hallo… mamah, sudah lahiran???”
“Alhamdulillah pah, sudah. Anak kita laki-laki. Ganteng kaya papah nya” Sahut istri saya dengan intonasi pelan dan suara yang masih lemah…
“Iya papah udah liat tadi Rina ngirim fotonya. Kok mamah gak kabarin papah pas ke RS nya?”
“Iyaa maaf, mamah gak mau papah jadi panik kerja disana. Lagian udah ada Ibu, Rina, A Arif dan istrinya. Alhamdulillah semua lancar mamah ga jadi sesar pah..”
Padahal seminggu sebelumnya saya mendapat kabar dari istri seusai check up diantar Rina bahwasanya menurut prediksi dokter ada kemungkinan untuk sesar, krn ada lilitan tali pusar.
Dan biaya lahiran di RS karena proses persalinan normal, hanya 3 juta saja. Ketika saya sampaikan kepada istri untuk transfer biaya persalinan tapi istri bilang tidak perlu.
Dia hanya meminta saya besok cepat pulang ke Lembang. Karena biaya persalinan sudah dibayar oleh Arif yang kebetulan dia bersama istrinya ikut mengantar istri saya ke RS bersama Ibu dan Rina.
Lalu saya telfon Arif, menyampaikan rasa terima kasih, dan akan mengganti uang biaya persalinan setelah saya tiba di Lembang. Tapi Arif menolak, katanya buat bayar hutang yang bulan lalu saja, dan lebihnya biarlah itu jadi amal ibadah dia kelak…
“Ya Allah.. Engkau sebaik-baik penolong”
THR untuk istriku sebulan lalu, sesungguhnya bukanlah dari perusahaan tempat saya bekerja. Tapi datangnya dari langit…
“jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmat-Ku padamu. tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku teramat pedih”. (QS 14:7).
Baca juga: MasyaAllah, Pria ini Diterima Bekerja di Perusahaan Multinasional atas Rekomendasi Allah