Tahun-Tahun Pertama Memulai Bisnis, Tantangan Ini yang Dihadapi

Tahun-tahun pertama memulai bisnis, tantangan sebetulnya bukan pada wilayah teknis bisnisnya..tapi pada pembentukan karakter diri kita.

Bagi yang udah ngalamin pasti ngangguk-ngangguk, yg belum dan baru akan memulai bisnis, jgn ngangguk duluan sebelum baca tuntas.

Beneran deh, karena tidak akan ada orang yang memaksa kita mengerjakan tugas, tidak ada yang mengawasi, tidak ada keharusan isi absen masuk dan keluar. Semua tergantung kesadaran dan inisiatif diri sendiri.
hambatan seseorang ketika memulai bisnis
Anda gak harus setuju semuanya dengan apa yg akan saya sampaikan ini. Tapi jikapun Anda setuju, gak perlu minta ijin utk klik tombol share.

Pertama…

Merasa “tidak enakan”

Ini seringkali menjadi celah datangnya petaka. Orang-orang yang berhubungan dengan bisnis kita seperti karyawan, supplier, vendor dll malah bertindak seenaknya, melanggar komitmen yang sudah disepakati.

Mungkin kita mengira dengan memberikan banyak toleransi kepada mereka berharap menjadi point positif di mata mereka. Nyatanya? Gak sama sekali.

Bukan sepenuhnya salah mereka, tapi ada kesalahan kita. Perasaan “tidak enakan” akhirnya membuat kita sulit bersikap tegas kepada mereka. Bergaining kita di hadapan mereka lemah, ya wajar kalau mereka ngelunjak. Krn kita sendiri yang telah memposisikan diri kita pantas diinjak.

Tegas itu memang bukan keras! Tapi kalau sesekali diperlukan, kenapa enggak tegas dan keras sekalian.

Semakin nyata bahwa leadership (kepemimpinan) bukan tentang memimpin orang lain, tapi utamanya adalah memimpin diri sendiri.

Kedua..

Komunikasi!

Kegagalan membangun komunikasi adalah faktor yang selalu sukses melemahkan reputasi. Jangan ngomong pake bahasa kampus atau ala-ala akademisi kalau kita sedang negosiasi dengan seorang penjahit yang belum tentu ngerti sama istilah-istilahnya.

Jangan juga salah tempat curhat!

Dikhianati vendor, tapi kita curhatnya sama karyawan, punya masalah di rumah, malah ngeluhnya ke supplier, kinerja karyawan lembek, uring-uringan ke pasangan.

Kan konyol ya? Gak menyelesaikan masalah.

Apakah kita mengira dengan tidak mengutarakan rasa kecewa itu bagian dari sabar? No..! BIG NO!!

Jika kita kecewa atas kesalahan orang lain dan kita tidak memberitahukan kpd yg bersangkutan, siapa yang salah?

Orang lain mana tahu kesalahannya kalau tidak kita tunjukkan. Daripada curhat sama pasangan ketika ada karyawan yang lembek, mending langsung utarakan ke karyawan yang bermasalah. Sampaikan face to face, jangan pada forum meeting all team.

Ada ganjelan apapun yang nyangkut di hati, baiknya segera selesaikan saat itu juga, jangan didiamkan. Harus belajar membangun komunikasi. Ubahlah complain (keluhan) kita kepada mereka menjadi sebuah permohonan yang membangun. Membangun dirinya sendiri dan bisnis Anda.

Kalau kita sudah tunjukkan kesalahannya, dan dia malah memilih memutus hubungan bisnis. Ya gak masalah, ngapain juga toh bertahan bisnis dengan orang yang gak bisa komitmen.

Bersabar itu bukan diam-diam memupuk dendam.

BELAJAR IKHLAS DENGAN CARA TEGAS BUKAN MEMELAS DAN MELEMAS

Jangan terlalu sering menghibur diri dengan “ikhlas” dibalik ketidakmampuan kita menyelesaikan permasalahan dengan sesama manusia. Karena ikhlas itu wilayah vertikal (manusia dengan Tuhan). Urusan horizontal (manusia-manusia) ya harus tunai di dunia, jgn sampai jadi ganjelan di akhirat kelak. Naudzubillah..

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Picture of Onino Mansah

Onino Mansah

Konsultan, Pembicara dan Praktisi digital marketing (certified by BNSP), seperti SEO, SEM, SMM dan kontent marketing untuk Digital Funnel. Ikuti Instagram Onino

Comments

Leave a Reply