Hanya Santri, Tapi Teman-Temannya Terkejut Ketika Acara Reuni Selesai

Reuni, adalah istilah yang sering kali disematkan dalam acara pertemuan kembali teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya setelah berpisah dalam waktu yang cukup lama. Menyambung kembali silaturahim dan bernostalgia mengenang masa-masa kebersamaan yang mengesankan.

Namun, faktanya kini… reuni seringkali menjadi ajang pamer kesuksesan. Saling unjuk kekayaan dan jabatan bukan lagi suatu hal yang aneh. Reuni sudah kehilangan substansinya.

Dalam satu acara reuni SMA, dihadiri oleh alumni yang diantaranya ada seorang pejabat, dokter, PNS, pilot, manager di pertambangan, dan ada juga yang berprofesi sebagai GM banker.

Namun, diantara mereka hanya ada satu orang yang kini statusnya tidak berubah, dia bernama Rifki, hanya seorang santri dimata teman-temannya.

Acara reuni dimulai dengan pembukaan ketua panitia, yang diketuai oleh seorang general manager di bank swasta. Kegiatan reuni hari itu terlihat cenderung menempatkan mereka yang sudah sukses sebagai pelaku utama.

Secara bergiliran mereka berbicara di podium, menceritakan proses dan perjalanan karir sukses masing-masing. Isinya bukan motivasi, tapi lebih kepada mengagumi diri sendiri. Seolah ingin memberikan persepsi bahwa “aku kini berbeda dengan yang dulu, sekarang sudah sukses”.

Semua yang mendapatkan giliran berbicara hanya mereka-mereka saja yang dipandang sudah memiliki jabatan dan profesi bergengsi. Sedangkan Rifki, yang kini hanya seorang pengasuh pondok pesantren di tempatnya dulu nyantri sama sekali tidak dilirik oleh mereka, jangankan untuk naik podium.

Bahkan obrolan di meja pun sama, masih seputar harta dan profesi. Rifki yang berada semeja dengan seorang Pilot, seorang dokter, manager pertambangan, dan juga manager hotel bintang 5 hanya bisa menjadi pendengar.

Tidak seorangpun yang berada di meja tersebut, tertarik untuk bertanya tentang kabar dan kemajuan terbaru yang diraih Rifki. Karena memang melihat Rifki masih memiliki penampilan yang sama seperti masa SMA. Mengenakan baju koko dan berpeci, seperti halnya  pakaian sehari-hari santri. Sementara yang lain, menggunakan jas, berdasi dan setidaknya memakai kemeja dengan brand ternama.

Beberapa kali Rifki mencoba untuk ikut terlibat dalam obrolan, namun tidak mendapatkan respon lanjutan dari mereka. Bahkan ketika Rifki terlihat ingin ikut menyampaikan pengalaman pribadi seputar kegiatannya saat ini, salah seorang dari mereka ada yang nyeletuk

“Rif, nanti dulu ceritanya…pasti cerita seorang santri mah gak beda jauh kaya dulu kan? kita dengerin dulu aja nih cerita manager pertambangan, bagaimana asal muasalnya bisa bekerja di ladang uang kaya sekarang…” Kemudian disambut dengan antusias yang lainnya. Rifki pun tidak jadi berbicara.

Sampai saat itu, Rifki sudah merasa tidak nyaman dengan acara Reuni. Masing-masing nampak saling membanggakan diri. Acara reuni sudah kehilangan substansi sejatinya, acara yang seharusnya menjadi momen silaturahmi telah dirampas menjadi momen pamer dna kesombongan perihal duniawi.

Acara reuni itupun akhirnya usai. Rifki yang merasa tidak menjadi bagian dari acara memilih untuk segera beranjak dari kursi dan menuju tempat parkiran.

Sementara yang lain, nampak masih asyik bercengkrama. Bahkan beberapa diantaranya masih ngobrol hingga ke tempat parkir.

Di parkiran, rupanya masih belum puas bagi mereka untuk saling pamer. Mereka berkerumun saling menanyakan mobil yang dikendarainya, diselingi dengan saling memuji brand-brand mobil mewah yang dimilikinya.

Ada yang mengendarai Mercy, BMW, Cooper, Ffortuner, Pajero sport, dan merk-merk mobil kelas menengah keatas lainnya.
lamborghini merah milik orang islam
Namun nampak dari ujung parkiran, ada lamborghini yang bergerak perlahan… Karena parkiran agak gelap, kedua lampunya menyala. Dan menarik perhatian mereka.

Saat melewati kerumunan alumni SMA, lamborghini semakin pelan. Dan sesaat kerumunan itupun menjadi hening, semua mata tertuju kepada mobil sport warna merah yang melintas.

Mobil berhenti sesaat dan kaca terbuka, ternyata mobil itu dikendarai oleh Rifki….

“Bro… dunia itu hanya sementara, jangalah kita terlena olehnya. Wassalamualaikum” Rifki pamit dengan melambaikan tangannya.

Mereka masih tidak bergeming sedikitpun. Nampak di parasnya masing-masing ada kekaguman yang begitu mengejutkan.

Teman-temannya mengira Rifki hanya seorang santri, padahal kini sudah menjadi pengusaha eksport import makanan khas Indonesia di beberapa negara Timur tengah, dan juga Rifki memiliki usaha Tour and Travel yang melayani perjalanan wisata umroh di Indonesia.

Sobat…

Kisah ini mungkin akan menyadarkan kita tentang hakikat kesuksesan dalam hidup bukanlah semata tentang materi. Terkadang tanpa disadari acara reuni membuat kita menjadi ingin mendapatkan pujian dan pengakuan, yang membuat acara reuni semakin kehilangan esensi positifnya.

Bukan acara reuninya yang jelek, namun niatan kita yang menghadirinya yang terkadang menodai nilai-nilai positif dari acara reuni sekolah tersebut.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn

SanFair Daily

The latest on what’s moving world – delivered straight to your inbox

Picture of Onino Mansah

Onino Mansah

Digital marketing with SEO, SEM, SMM and Content Marketing for Digital Funnel

Comments

Leave a Reply