DITERIMA BEKERJA ATAS REKOMENDASI LANGIT

Wajah-wajahnya terlihat tegang…Tak tampak keakraban diantara mereka. Ada yang meremas-remas jari, ada yang sibuk dengan smartphone, dan ada yang sedang memegang tabloid ekonomi sambil membuka setiap halaman hanya melihat gambar-gambarnya…

Deg-degan saat akan interview kerja… apalagi ini adalah tahap terakhir. Dari serangkaian test yang sudah dilalui menyisakan 7 orang. Dan kabarnya, dari 7 orang ini hanya akan diterima 3 orang saja.

Tentu saja, semuanya berharap akan menjadi salah satu dari ketiga orang yang lolos hari ini, termasuk saya.

Ketujuh peserta interview sudah berada di ruang tunggu. yang didalamnya sudah ada jajaran direksi di ruang lain yang hanya dibatasi oleh pintu transparan, tembus cahaya namun tidak tembus pandang.

Tiba-tiba pintu terbuka…Muncul seorang wanita muda berparas menarik dan berpakaian rapih. Nampaknya dia adalah seorang sekretaris, dan merebut perhatian kami semuanya..
kisah marbot orang kaya
“Bapak.. Hendar!”

“Ya, saya bu…” Jawab salah seorang diantara kami sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Silahkan pak, masuk” Katanya sambil mengarahkan tangan mempersilahkan ke dalam ruangan.

Detak jantung saya semakin cepat, rupanya interview sudah dimulai…

Ditengah kegelisaha, Saya pegang smartphone, dan segera kukirim teks singkat kepada istriku “Bunda, doakan Ayah. Semoga lancar…”

Tak lama berselang, ada balasan masuk “InsyaAllah semuanya lancar, dan Ayah mendapatkan yang terbaik”

Setelah membaca sms itu lumayan agak tenang, dan saya teringat wajah ibu saya..sebelum berangkat sempat juga saya meminta doa sambil berpamitan. Semakin tenanglah hati ini…

Tak terasa sekitar 25 menit orang pertama sudah selesai. Dan masuk lagi peserta yang kedua…

Ditengah penantian, tiba-tiba terdengar suara Adzan duhur berkumandang.

Saya bingung, antara harus izin terlebih dahulu untuk meninggalkan ruangan atau tetap menunggu karena bisa jadi yang ketiga adalah giliran saya…

Apa jadinya ketika nama saya dipanggil namun saya tidak berada diruangan tersebut..

Saya sih berharap ada break dari pihak manajemen, untuk memberikan waktu kepada para peserta sholat dhuhur. Tapi nampaknya itu tidak ada..

Akhirnya saya paksakan, keluar dari ruangan dan menuju mushola perusahaan itu yang letaknya tidak jauh dari gedung utama tempat interview.

Seandainya, waktu interview setiap peseta adalah 25 menit, saya kira itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar shalat 4 rakaat.

Saya bergegas melepas sepatu dan lanjut menuju tempat wudhu, lalu merapat di shaf pertama untuk menunaikan shalat.

Selesai salam, saya menoleh jam pukul 12.13, itu artinya durasi shalat berjamaah hanya 7 menit. Lebih cepat dari perkiraan saya..

Saya bergegas kembali memakai sepatu, kali ini tidak shalat sunnah ba’da dhuhur. Mengejar waktu interview..

Saat sedang buru-buru memakai kaos kaki, ada suara memanggil di sebelah saya…

“Mau test kerja ya pak?” Tanya seorang pria usia paruh baya, sambil kedua tangannya sibuk mempersiapkan ember kecil dan kain pel..

Nampaknya dia adalah marbot, petugas kebersihan mushola..

“Iya, kok tau pak?” tanya saya heran

“Kan keliatan dari seragamnya, dan bapak terlihat tergesa-gesa”

“Ohh…, iya pak… saya buru-buru soalnya tadi meninggalkan ruangan interview untuk shalat dulu. Khawatir sekarang nama saya dipanggil…” Jawab saya sambil terus memakaikan sepatu

“Hmmm bapak ini sudah lulus kok..” katanya kepada saya sambil mengkesampingkan perangkat kebersihan yang dipegangnya, dan duduk bersebelahan dengan saya.

“Lulus? Maksudnya pak?”

“Pak, coba bayangkan….begitu banyak orang yang mendahulukan panggilan atasan di tempat kerja, Mereka mempersiapkan pakaian terbaik, penampilan menarik saat akan bertemu atasan.. tapi mengabaikan panggilan atasan yang sesungguhnya…

Padahal masalah kerja tak lepas dari urusan rejeki, dan bapak sudah memenuhi panggilan sang pemberi rejeki..Dan dari semua peserta test hanya ada bapak sendiri disni, itu artinya bapak sudah lulus menurut saya”

Oohh saya mulai paham sekarang dengan maksud bapak ini

Saya telah selesai memakai kedua sepatu, dan terbesit nasehat ibu saya yang mengatakan bahwa salah satu wasilah terkabulnya doa adalah memperbanyak amal shalih. Hati saya tergerak untuk bersedekah kepada bapak pengurus mushola ini.

Saya ambil dompet, ada dua lembar uang berwarna merah. Saya sambil satu, dan genggamkan kepada tangan si bapak..

“terima kasih atas nasehatnya, doakan saya semoga interview saya lancar dan bisa bekerja disini ya pak”

“Lhoo ini apa pak?? Gak usah…saya pasti doain kok” sambil tangannya mendorong pertanda enggan menerima

“Gak papa pak, saya ikhlas jadi tolong terima saja” Saya berlari kecil menuju gedung utama.

“Nama bapak siapa???!!” Tanya si bapak sedikit berteriak kepada saya yang sudah berjarak 5 meter darinya

“Azmi….”

**

Sesampainya kembali di ruang interview, nampak masih ada 5 orang peserta masih dengan tampang cemasnya masing-masing. Satu persatu dipanggil, hingga tinggal tersisa saya dan satu orang lagi.

“Bapak Andrian..”

“Ya saya bu…”

Satu orang sudah dipanggil, wah rupanya saya bakalan jadi peserta terakhir nih.

Dan setelah 20 menit berselang, peserta tadi sudah keluar ruangan. Tiba saatnya nama saya dipanggil… saya menanti.

Tapi sampai 5 menit, kok ga ada ibu sekretaris keluar ruangan memanggil nama saya. Saya mulai tidak tenang, dan berfikir jangan-jangan nama saya sudah dipanggil pada saat saya sholat tadi.

Saya memberanikan diri mendatangi pintu ruang interview, dan mengetuknya…

“tok tok tok”

“ya, silahkan masuk….” suara dari dalam menyambut…

“Maaf pak, saya belum dipanggil untuk interview”

“Ohh kamu yang bernama Azmi bukan?” Kata salah seorang berkacamata dengan rambut yang sudah agak memutih..

“Iya benar pak”

“Silahkan duduk pak”, lalu beliau melanjutkan setelah saya duduk di kursi yang berhadapan dengannya

“Bapak Azmi mulai hari senin depan sudah masuk magang ya”

Saya bingung mendengarnya, lalu untuk memastikan saya bertanya lagi…

“Lhoo, maksudnya pak? saya kan belum interview”

“Iya pak Azmi sudah diterima bekerja disini, dan mulai senin minggu depan masuk sebagai karyawan magang yah”

“Kok bisa pak?”

“Bapak mendapatkan rekomendasi langsung dari onwer sekaligus salah satu komisaris di perusahaan ini…” Kata salah seorang diantara direksi menjelaskan, lalu pria satu lagi yang duduk sebelah paling kiri menyambung…

“Iya itu sebabnya, kami tidak perlu melakukan interview dengan pak Azmi. Karena tadi Pak Haji Rahmat sudah merekomendasikan untuk menerima Anda bekerja. Beliau kagum dengan prioritas bapak ketika mendahulukan sholat dhuhur, dan itu adalah cerminan kekunggulan seseorang sebelum skill dan pengalaman kerja”

“Karena skill bisa dilatih, dan pengalaman kerja bisa dicari.. sedangkan nilai-nilai ketakwaan belum tentu bisa..karena itu berkaitan dengan taufik dan hidayah pemberian-Nya”

“sebentar pak, jadi maksudnya… Pria yang berbicara dengan saya di mushola tadi adalah pemilik perusahaan ini??”

“Iya betul, beliau langsung menelepon saya dan merekomendasikan Anda, pak Azmi”

Muka saya langsung merah, antara malu dan merasa bersalah. Iya, merasa bersalah karena saya sudah menyepelekan seseorang hanya karena penampilannya.

Lalu dengan tenggorokan yang terasa sesak, karena menahan bahagia antara sudah diterima bekerja dan menahan malu.. Saya lanjutkan berbicara…

“Jujur pak, tadi saya kira beliau hanya pengurus dan petugas kebersihan mushola. Saya sama sekali tidak menyangka, beliau adalah pemilik perusahaan kelas multinasional ini..”

“Pak Haji memang sudah tidak lagi bekerja keras seiring dengan usianya yang tidak muda lagi. Semua urusan perusahaan sudah didelegasikan kepada jajaran direksi. Dan beliau memang hobby nya berbuat kebaikan untuk banyak orang. Salah satunya ya diwujudkan dengan membersihkan mushola setiap hari..”

Saya merenung dalam setelah mendengar penjelasan dari salah satu direksi. Ada rasa malu dalam diri ini terlebih lagi ketika memberinya sedekah, bisa saja saat itu saya merasa diri sebagai tangan diatas. Merasa lebih mampu daripada orang yang saya beri…

MasyaAllah, begitu luar biasanya beliau.. ternyata orang kaya yang berpenampilan sederhana dan senang bebuat kebaikan bukan hanya ada di sinetron hidayah. Di dunia nyata pun ada, tentunya ini sudah menjadi sesuatu yang langka di jaman modern sekarang ini.

Tiba-tiba lamunanku pecah ketika ada seseorang masuk dari pintu samping..

Dia adalah si ibu sekretaris, yang membawakan beberapa menu makan siang. Saya kira untuk salah satu direksi, tapi ternyata disuguhkan kepada saya.

“Pak Azmi, silahkan untuk makan siang terlebih dahulu. Ini dari pak Haji Rahmat” Katanya…

Dan terlihat diantara menu-menu makan siang tersebut, ada secarik kertas yang bertuliskan

“Selamat pak, Anda sudah diterima bekerja, Allah selalu mendengar doa orang-orang shalih. Wassalam – Rahmat”

Saya tak bisa membendung rasa haru, terbesit senyum istriku, terbayang paras wajah ibuku… dan air mata yang sudah terlanjur menggenang jatuh juga meski sudah saya coba menahannya sebisa mungkin…

MasyaAllah, Alhamdulillah Ya Allah yaa Robbi…Engkau-lah sebaik-baik pemberi petunjuk, Engkau-lah dzat yang maha mengabulkan doa-doa hamba-Mu ini..

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn

SanFair Daily

The latest on what’s moving world – delivered straight to your inbox

Picture of Onino Mansah

Onino Mansah

Digital marketing with SEO, SEM, SMM and Content Marketing for Digital Funnel

Comments

Leave a Reply