Menentukan Harga Jual Produk
Banyak orang terutama pelaku UMKM dan bisnis rumahan mengalami kebingungan ketika akan menentukan harga jual suatu produk. Memasang harga tinggi khawatir terlalu mahal dan tidak ada yang membeli, memasang harga rendah khawatir malah merugi. Memang, memberikan harga yang tepat untuk produk Anda merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Tapi tidak perlu bingung, saya ajak Anda untuk memahami terlebih dahulu esensi harga jual dan hal-hal apa saja yang harus tercover didalamnya.
Pertama, harga jual bukanlah harga pokok produksi. Harga jual adalah harga pokok produksi ditambah biaya-biaya lain yang Anda perlukan untuk melempar suatu produk ke pembeli. Jadi yang harus tercover didalamnya bukan hanya harga yang dikeluarkan untuk membuat produknya saja.
Setidaknya ada beberapa yang harus Anda pikirkan
1. Biaya iklan (online, offline)
2. Biaya transportasi
3. Biaya penempatan promosi (website, flyer, pamflet)
4. Biaya sewa gudang
5. Gaji karyawan
6. Biaya operasional
Misalnya, untuk membuat satu produk baju, diperlukan biaya Rp 60.000. Dalam satu bulan Anda bisa memproduksi 100 pcs baju. Maka biaya produksi perbulan adalah Rp 6000.000
Biaya iklan Rp 500.000/bln
Biaya transportasi Rp 300.000/bln
Biaya penempatan promosi Rp 200.000/bln
Biaya sewa gudang Rp 800.000/bln
Gaji karyawan Rp 4000.000/bln
Biaya operasional Rp 400.000/bln
Maka jumlah pengeluaran per bulan adalah Rp 12.200.000
Untuk harga jual per satu produk Rp 12.200.000 dibagi dengan 100pcs = Rp 122.000
Ingat, harga jual diatas belum termasuk profit Anda untuk pengembangan. Anda bisa menetapkan minimal 30% dari harga per pcs sebagai keuntungan. Jadi Rp 122.000 x 30% = Rp 36.600
Jadi, Anda bisa menetapkan harga jual sebesar Rp 158.600. Ini adalah harga terendah di pasar Anda. Artinya, Anda masih aman menjual dengan harga tersebut.
Nah sampai disini saya harap Anda sudah bisa memahaminya. Jika menginginkan harga jual yang lebih murah lagi, maka opsinya ada dua:
1. Tekan biaya-biaya lain, atau
2. Perbanyak kuantiti produksi
Logis bukan?
Strategi Label Harga (The Power of 99)
Setelah Anda menentukan harga terendah, kini saatnya menentukan harga retail. Harga retail tentu saja bukanlah harga terendah. Agar harga terendah itu bisa kita berikan kepada distributor atau reseller, bukan kepada end user.
Dari contoh yang tadi dibahas, Anda bisa menjual harga kaos untuk retailnya dengan harga Rp 199.000
Lhoo? apa dasarnya?
Disinilah perlunya Anda menggunakan strategi label harga. Dalam istilah lain di buku-buku sales dan marketing, istilah ini lebih familiar dengan sebutan price category atau kategori harga. Strategi label harga ini sebenarnya untuk memberikan kesan murah atas harga jual kita di pasaran. Inilah yang dimaksud dengan The Power of 99
Mari kita langsung bahas menggunakan contoh.
Harga Baju A Rp 200.000
Harga Baju B Rp 199000
Beberapa penelitian telah membuktikan, dari kedua harga diatas calon pembeli menganggap Baju B lebih murah daripada Baju A.
Padahal jika kita lihat secara seksama, perbedaannya hanyalah seribu rupiah saja. Dan seperti yang Anda rasakan sendiri, uang koin seribu seringkali Anda biarkan berceceran di meja dan saku celana Anda. Bahkan ketika orang-orang sedang berjalan dan menemukan uang koin seribu, belum tentu mereka mau memungutnya. Iya kan?
Tapi semua strategi ini bukan tentang uang seribunya, Melainkan tentang persepsi calon pembeli yang kita harapkan menganggap produk kita lebih murah daripada produk kompetitor.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Calon pembeli yang melihat label Anda di supermarket akan terhipnotis dan beranggapan harga baju yang Anda jual adalah 190 ribuan. Mereka tidak memasukkan kategori label harga Anda kedalam kategori harga 200 ribuan. Padahal 199 ribu lebih dekat kepada 200 ribu.
Nah sekarang bisa Anda lihat kan? perbedaan selisihnya jadi terkesan 100.000, bukan lagi 1000.
Baca juga: Cara Seorang Reseller Menentukan Harga Jual
Selamat merevisi harga jual produknya yaa. Jangan lupa follow instagram saya @onino99